Rabu, 08 Juni 2011

PERKEMBANGAN EMOSI

PENDAHULUAN

Emosi dapat diartikan sebagai perasaan atau afeksi yang melibatkan kombinasi antara gejolak fisiologis (seperti denyut jantung yang cepat) dan prilaku yang tampak. Namun demikian kadang kadang orang masih dapat mengontrol keadaan dirinya sehingga emosi yang dialami tidak tercetus keluar dengan perubahan atau tanda tanda kejasmanian tersebut. Pada dasarnya manusia sejak lahir sudah memiliki emosi, emosi pada bayi biasanya bersifat cepat karna pada umumnya bayi blum tapat mengontrol dirinya sendiri. Dia tidak bisa menpertimbangkan atau menganalisa tentang kedepanya apa yang akan terjadi. Beda halnya dengan orang dewasa dimana perkembangan emosinya agak lambat, karna orang dewasa biasanya lebih cendrung bisa mengontrol dan menganalisa sesuatu yang akan terjadi kedepanya.
Pada dasarnya emosi terdiri dari dua macam yaitu negatif dan fositif
Emosi negatif (negative emotion) adalah suatu ungkapan perasaan yang cendrung ditandai dengan kondisi yang tidak nyaman dan tidak sesuai dengan keinginan (harapan, kemauan) diri sendiri yang disebabkan oleh keadaan lingkungan eksternal
Emosi positif (positive omotion) adalah suatu kondisi perasaan yang membuat anak menjadi bahagiah, senagn dan bersemangat untuk melakukan seseuatu.

PERKEMBANGAN EMOSI
A. PENGERTIAN EMOSI
Emosi adalah sebuah istilah yang sudah populer, namun maknaya secara tepat masih membingungkan, baik dikalangan psikologi maupun dikalangan filsafat. Oleh sebab itu kalau rumusan para psikolog tentang emosi sangat bervariasi sesuiai dengan orentasi teoritisnyayang berbeda-beda. Meskipun demikian kata Chalpin (2002), terdapat persesuaian umum bahwa keadaan emosional merupakan suatu reaksi kompleks yang melihat satu tingkat tinggi kegiatan perasaan yang kuat atau disertai keadaan afektif. Menurut English and english emosi adalah suatu keadan perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris. Sedangkan Sarlito Wirawan sarwono berpendapat bahwa emosi merupakan setiap pada keadaan diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah(dangkal) maupun pada tingkat yang luas(mendalam). Jadi emosi dapat diartikan sebagai perasaan atau afeksi yang melibatkan kombinasi antara gejolak fisiologis (seperti denyut jantung yang cepat) dan prilaku yang tampak. Namun demikian kadang kadang orang masih dapat mengontrol keadaan dirinya sehingga emosi yang dialami tidak tercetus keluar dengan perubahan atau tanda tanda kejasmanian tersebut. Hal ini berkaitan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ekman dan Fresen (Carlosn, 1987) yang dekenal dengan display rules. Menurut Ekman dan Friesen (Carlson, 1987) adanya tiga rules yaitu, masking, modulation,dan simulatio.

1. Masking
Mesking adalah keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan atau dapat menutupi emosi yang ada didalamnya. Emosi yang dialaminya tidak tercetus keluar melalui ekspresi kejasmanianya. Misalnya orang yangsangat sedih kehilangan anggota keluarganya kesedihan tersebut dapat diredam atau ditutupi, dan tidak adanya gejala kejasmanian yang menyebabkan tampaknya rasa sedih tersebut.
2. Modulation (modulasi)
Modolation adalah orang tidak dapat meredam secara tuntas mengenai gejala kejasmanianya, tapi hanya dapat menguranginya saja. Misalnya karna ia sedih menangis (gejala kejasmanian)tetapi tangisanya tidak mencuat-cuat.
3. Simulation (simulasi)
Pada simulation orang tidak mengalami emosi, tetapi ia seolah-olah mengalami emosi dengan menampakan gejala-gejala kejasmanian. Menurut Ekman dan Friesen (Carlson, 1987) mengenai etis kalau menangis dengan meronta-ronta di hadapan umum sekalipun kehilangan anggota keluarganya.

B. PERKEMBANGAN EMOSI PADA BAYI
Untuk memahami secara pasti mengenai kondisi emosi pada bayi adalah sangat sukar, sebab informasi mengenai aspek emosi yang subjektifhanya dapat diperoleh dengan cara intropeksi. Sedangkan sesuai dengan usianya sang sangat masih muda, tidak dapat menggunakan cara tersebut dengan baik. Beberapa ahli mencoba memahami kondisi emosi bayi melalui ekspresi tubuh dan waja, namun para ahli psikologi lain mempertanyakan seberapa penting ekspresi tubuh dan wajah itu dapat menentukan apakah seorang bayi berada dalam suatu kondisi emosional tertentu.
Meskipun demikian para ahli telah lama mempercayai bahwa kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada pada bayi yang baru lahir seperti menangis, tersenyum dan prustasi. Bahkan beberapa peneliti percaya bahwa beberapa minggu setelah lahir, bayi dapat memperhatikan bermacam-macam ekspresi dari semua emosi dasar, termasuk kebahagiaan, perhatian, keheranan, ketakutan, kemarahan, kesedihan, dan kemuakan sesuai dengan situasi dan kondisinya (Compos et al., 1983). Disamping sudah ada emosi sejak lahir, ada pula emosi yang dipengaruhi oleh faktor pematangan (maturatio) dan pengalaman dan (belajar).
Untuk mengetahui apakah bayi benar-benar mengekspresikan emosi tertentu, Carroll Izard (1982) telah mengembangkan suatu sistem pengkodean ekspresi wajah bayi yang berkaitan dengan emosi tertentu yang dikenal dengan Maximally discriminative facial Movement Coding Syistem (MAX). berdasarkan sistem klasifikasi Izard, diketahui beberapa ekspresi emosi selama masa bayi yaitu:
Kegembiraan tertawa diekspresikan pada usia 4 bulan, ketakutan pada usia 5 hingga 8 bulan, dan emosi-emosi yang lebih rumit seperti malu, kebingungan, rasa bersalah, cemburu dan kebanggaan diekspresikan selama anak belajar berjalan.

C. EMOSI PADA ANAK USIA TIGA TAHUN PERTAMA
Emosi merupakan bagian aspek afektif yang memiliki pengaruh besar terhadap kepribadian dan prilaku seseorang. Emosi bersifat fluktuatif dan dinamis, artinya perubahan emosi sangat tergantung pada kemampuan seseorang dalam mengendalikan diri. Anak bawa tiga tahun cendrung memiliki pengendalian emosi lemah ia sulit mengontrol perasaan emosinya. Sehingga apa yang dirasakan langsung diungkapkaan secara nyata dan dapat diketahui oleh orang lain. Emosi anak mudah berubah-ubah sesuai dengan pengaruh kondisi eksternal.
1. Emosi Anak Usia Tiga tahun pertama
Biasanya emosi bersifat dinamis artinya emosi anak sering kali mengalami perubahan yang sangat cepat. Hal ini terjadi seiring bagaimana anak menyikapi stimulus yang berasal dari lingkungan hidupnya. Cara berfikirnya tak mendalam artinya anaak kurang mampu menganalisa, mengevaluasi maupun memikirkan sesuatu dari segi keuntungan maupun kerugikan terhadap sesuatu hal, sehingga cara mengambil keputusan put cepat.
Sementara itu orang tua memiliki kemampuan menganalisa secara mendalam terhadap suatu pristiwa, pengalaman maupun prilaku diri sendiri maupun orang lain. Dengan demikian orang dewasa dapat mengevaluasi dan memikirkan segi untung ruginya, bila ia memberi reaksi prilaku terhadap kemampuan tertentu. Perbedaan kemampuan ini menunjukan perbedaan terhadap perkembangan emosi (emotion development stage) antara anak dengan orang dewasa. Akibat perbedaan-perbedaan tersebut seringkali menimbulkan benturan-benturan, konfliks dan pertengkaran di antara keduanya.
Dalam pandangan teori perkembangan kognitif (cognitive develoment teory), kemampuan berfikir anak usia 1-2 tahun cendrung bersifat egosentris. Piaget menyatakn bahwa anak yang egosinteris ditandai dengan kemampuan berfikir dan memandang sesuatu hanya dalam persfektif sendiri. Anak hanya melihat segala sesuatu berdasarkan pemikiran, keinginan, kehendak maupun kebutuhan diri sendiri. Oleh karna itu, apa yang difikirkan dan di inginkan oleh anak seharusnya di penuhi oleh lingkungan hidupya. Hal ini berbeda dengan anak yang lebih tua usianya. Anak usia 3 tahun sudah mampu memikirkan apa yang difikirkan oleh anak lain. Penurunan sifat egosinteris yang ditandai dengan kemampuan memahami pemikiran orang lain dinamakan dicenteris (Hugs, 1999), jadi anak akan dapat mengembangkan sikap empati (improve of the emphty attiude), sehingga anak mampu merasakan apa yang dirasakan dan difikirkan oleh orang lain (Crain, 1992).
Karna belum mampu memahami orang lain, maka bagi anak usia 1-2 thun yang keinginanya tidak terpenuhiseringkali beranggapan bahwa lingkungan luar berbuat jahat dan tidak bersahabat denganya. Anak langsung merasa sedih, jengkel, kecewa yang di perlihatkan dengan cara menangis. Namun walau demikian anak menangis tetapi bila ia dibujuk dengan suara yang lembut dan penuh kasih sayang, maka suara tangisanya dapat berhenti. Anak mudah melupakan pristiwa tadi dan kembali menjadi riang gembira. Jadi dengan demikian perubahan emosi ana-anak usia 1-2 tahun bersifat fluktuatif.
2. Jenis-Jineis Emosi Anak Usia Tiga Tahun Pertama
Secara umum ada 2 macam emosi anak usia tiga tahun pertama yakni emosi negatif dan emosi positif (Morgan King, Weisz dan schopler, 1989; vasta, et.al.,2004). Baik emosi negatif maupun emosi positif predis prilaku seseorang. Bila seseorang memiliki pengalaman emosi tertentu, maka ia merasa siap untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kondisi emosinya. Bila anak memiliki emosi negatif maka anak akan mengembangkan sifat prilaku yang buru, sebaliknya bila anak memiliki emosi yang fositifmaka anak akan mengembangkan sikap yang fositif juga.
a. Emosi negatif
Emosi negatif (negative emotion) adalah suatu ungkapan perasaan yang cendrung ditandai dengan kondisi yang tidak nyaman dan tidak sesuai dengan keinginan (harapan, kemauan) diri sendiri yang disebabkan oleh keadaan lingkungan eksternal. Yang termasuk kedalam kelompok emosi negatif antara lain yaitu:
Jengkel, takut, marah, curiga, kuatir, cemas, kecewa, bingung, terasa terancam, konfliks dan sebagainya. Bila anak merasakan emosi ini maka ia segera menangis.
b. Emosi Positif
Emosi positif (positive omotion) adalah suatu kondisi perasaan yang membuat anak menjadi gembira, bahagiah, bersemangat dan percaya diri untuk melakukan sesuatu. Anak yang mengalami perasaan senang, gembiraatau bahagiah, ditandai dengan muka tersenyum atau tertawa. Karna lingkungan sosial, terutama keluarga yang selalu memberikan suatu perhatian, penerimaan, penghargaan atau hadiah, maka anak akan mudah senang, gembira, bahagiah, tersenyum atau tertawa.

D. PERKEMBANGAN EMOSI PADA REMAJA
Zaman remaja yang dikenali sebagai zaman ‘storm and stress’ amat sukar dipahami oleh orang dewasa. Ketidakpahaman inilah sering timbul konflik antara golongan remaja dengan orang dewasa khususnya ibu bapak dan guru-guru. Dalam pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja menduduki tahap progresif. Apabila timbul konflik antara ibu bapak, golongan remaja sering bertingkah laku yang bertentangan dengan kehendak ibu bapak dan orang dewasa karena mereka menganggap orang dewasa tidak memahami jiwa mereka. Memahami emosi remaja pada hari ini satu keperluan kepada orang dewasa ketika mendidik golongan remaja. Hendaknya guru agama memahami keadaan anak yang sedang mengalami kegoncangan perasaan akibat pertumbuhan yang berjalan sangat cepat itu dengan segala keinginan, dorongan dan ketidakstabilan kepercayaan itu. Dengan pengertian itu guru agama dapat memilihkan cara penyajian agama yang tepat bagi mereka, sehingga kegoncangan perasaan dapat teratasi.2 Mereka terlebih dulu perlu memahami emosi remaja supaya proses pendidikan yang dilakukan bersesuaian dengan jiwa golongan ini. Dengan itu, proses pendidikan memberi kesan mendalam kepada jiwa mereka.
. Dalam Kamus Psikologi yaitu Mu’jam Ilm al-Nafs, mentakrifkan emosi sebagai infi’al yaitu keadaan dalaman yang menunjukkan pengalaman dan perbuatan didzahirkan dalam suatu peristiwa yang berlaku seperti perasaan takut, marah, kecewa, gembira, suka dan duka. Dalam Encyclopedia of Social Psychology, mentakrifkan emosi sebagai hasil tindak balas kepada sesuatu kejadian atau peristiwa termasuk tindak balas psikologikal, tindak balas tingkah laku, tindak balas kognitif dan perasaan dialami sama ada menggembirakan atau tidak.
Perkembangan emosi remaja pada peringkat awal terutama pada zaman kanak-kanak banyak dipengaruhi melalui pelaziman dan cara peniruan. Cara pelaziman berlaku dengan mudah dan cepat pada masa beberapa tahun permulaan hidup mereka. Kanak-kanak menggunakan daya imaginasi dalam membayangkan sesuatu mengikut yang telah dilazimkan. Cara peniruan pula, kanak-kanak meniru tingkah laku emosi yang diperhatikannya pada orang lain dan memberikan gerak balas terhadap perkara berkenaan dengan cara yang tidak dapat dibuatnya dulu. Oleh kerana itu, emosi remaja pada zaman kanak-kanak berkembang mengikut proses pelaziman dan peniruan. Ibu bapak adalah orang pertama yang menjadi contoh kepada anak-anak remaja. Jika ibu bapak berkelakuan buruk, bertindak keras dan menganiaya anak-anak, emosi dan tingkah lakunya akan turut menyeleweng karena sejak kecil jiwa mereka ditanam dengan bibit kerusakan. Ketika usia remaja pula, emosi berkembang dengan pesat hasil daripada kematangan dan pembelajaran. Itulah sebabnya bentuk pernyataan emosi pada zaman remaja banyak bergantung kepada apa yang dipelajarinya daripada masyarakat sekeliling.
Antara ciri emosi remaja ialah romantik, mudah keliru dan mudah marah atau memberontak. Remaja yang mempunyai ciri-ciri romantik adalah remaja yang mengalami tarikan heteroseksual (tarikan antara remaja yang berlainan kelamin) melalui pendampingan mereka dengan remaja lain. Pada zaman remaja adalah puncak wujudnya perasaan cinta romantis. Menurut Dr Rohaty Majzub, perasaan romantis membawa pengertian bahwa mereka menganggap dan menggambarkan individu yang dicintai itulah yang paling ideal, mempunyai watak, sahsiah atau ciri-ciri yang memikat hati remaja. Perasaan romantis remaja mempunyai pengaruh mendalam kepada hidup mereka. Perasaan romantis ini mendorong remaja menulis dalam diary peribadi. Penulisan diary peribadi adalah ciri yang menunjukkan pengasingan diri dan keupayaannya untuk menguraikan mengenai dirinya di samping keinginannya untuk lari daripada gelisah melanda dirinya. Remaja akan mencatatkan peristiwa harian terutama bagi menggambarkan perasaannya sama ada perasaan cinta, kecewa dan gembira.
Ketika zaman remaja, perubahan fisikal, emosi dan personality berlaku dengan pesat dan mereka harus memahaminya dengan teliti. Ketika ini juga berlaku perubahan dalam hubungan mereka dengan keluarga, rekan sebaya dan masyarakat sekeliling. Harapan yang baik dan tanggungjawab mula dikenakan kepada mereka. Dalam keadaan begini kadang-kadang mereka mudah keliru dengan peranan dan tanggungjawab mereka. Itulah sebabnya golongan remaja mudah bertukar pendirian, pendapat, ideologi dan kawan-kawan.
Selain itu, remaja juga mempunyai emosi yang mudah marah. Zaman remaja yang dikatakan sebagai ‘storm and stress’ mudah menyebabkan remaja memberontak dan marah terhadap seseorang atau sesuatu perkara. Seseorang remaja mempunyai kehendak yang harus diterima keluarga, rekannya dan masyarakat sekeliling. Remaja mudah menunjukkan emosi memberontak dan marahnya dengan tindakan agresif seperti mendurhaka kepada keluarga, lari dari rumah dan ingkar dengan peraturan sekolah. Mereka mendurhaka kepada keluarga sebagai percobaan untuk bebas daripada sifat kekanak-kanakan dan untuk mencapai kemerdekaan jiwa. Jiwa ingin lari dari rumah pula, apabila mereka rasa tidak selera dengan undang-undang dan mencoba untuk hidup bebas.
Tindakan ingkar dari peraturan sekolah pula, karena remaja menganggap pembelajaran di sekolah mengganggu jiwa remajanya karena di sekolah terdapat banyak peraturan dan ruang kritikan seperti guru, kerja sekolah dan disiplin. Pendidik perlu memahami bahwa remaja yang dalam proses perkembangan dan perubahan boleh menimbulkan pelbagai masalah emosi karena mereka sedang berhadapan dengan proses penyesuaian diri antara zaman kanak-kanak dengan alam dewasa.
Bagi remaja yang bersedia dengan kehadiran masalah dan sanggup menerimanya dengan hati terbuka, mereka berjaya menerima perubahan itu sekali pun kadang kala pahit baginya. Tetapi bagi sesetengah remaja pula, tidak berupaya menyesuai atau menerima dengan mudah perubahan itu, lalu menunjukkan gangguan psikologi pada dirinya. Dr Zakiah Daradjat, seorang pengkaji masalah remaja berkata, perkara yang menyebabkan masalah emosi remaja adalah disebabkan oleh perubahan jasmani, terutama perubahan hormon seks, keadaan masyarakat dan keadaan ekonomi yang melingkungi remaja serta perlakuan orang tua yang kaku dan bertentangan dengan remaja. Masalah yang berkaitan dengan emosi remaja disebut juga sebagai masalah personal psikologi (Hassan Langgulung,1977). Masalah personal psikologi ialah perkara yang berkaitan peribadi dan masalah psikologi remaja itu sendiri seperti personaliti, perubahan emosi, kebimbangan, kerisauan, keyakinan dan tekanan. Masalah personaliti seperti mudah hilang sabar, takut membuat kesilapan, sukar membuat keputusan, sukar melupakan kesilapan lalu dan gagal dalam beberapa perkara dilakukan. Zaman remaja yang penuh dengan tekanan dan kecemasan emosi, amat memerlukan pendekatan pendidikan teladan dalam proses memberi bimbingan kepada golongan ini. Pendidik perlu menggunakan pendekatan psikologi pendidikan. Untuk melaksanakan pendekatan psikologi pendidikan, terlebih dulu penpendidikan perlu memahami psikologi remaja. Dengan pemahaman ini, penpendidikan dapat menyelami emosi dan jiwa remaja serta dapat menggunakan pendekatan sesuai dengan minat dan kecenderungan mereka.
Remaja amat memerlukan sokongan dan pemahaman daripada orang dewasa ketika mereka mengharungi zaman yang penuh dengan cabaran ini. Ketika ini, perubahan dari aspek emosi agak pesat. Sekiranya mereka tidak mendapat sokongan daripada orang dewasa, mereka mudah mengalami gangguan emosi dan menimbulkan masalah emosi yang boleh memberi kesan tidak baik kepada perkembangan psikologi remaja.

E. EMOSI PADA ORANG DEWASA
Berbeda dengan emosi anak perubahan emosi orang dewasa cendrung lambat, karna pada umumnya orang dewasa berusaha untuk mempertimbangkan suatu peristiwa yang dialaminya dari segi baik buruk atau untung ruginya. Selain itu ia akan mengambil hikmah, sikap dan tindakan masa yang akan datang. Karena itu, peroses perubahan emosi orang dewasa cendrung lambat, kadang-kadang memakan waktu sampai berjam-jam, berhari-hari dan seterusnya.
Dalam study yang dilakukan oleh Izard (dalam Morgan, King, Weisz dan schopler, 1989) ditemukan 8 jenis emosi yaitu:
1. Perhatian-perangsangan (interest-exitement)
2. Kegembiraan-suka cita (enjayment-joy)
3. Keheranan-mengejutkan (surprise-startle)
4. Kesusahan-kesedihan (distress-anguish)
5. Jijik-muak (disgusit-contempt)
6. Marah-murka (anger-rage)
7. Malu-rendah hati (shame-humilitation)
8. Takut-ngeri (fera-teror)



KESIMPULAN
Didalam mendefinisikan emosi para ahli banyak yang mendefinisikan menurut fersi masing-masing diantaranya, Chalpin (2002), emosional merupakan suatu reaksi kompleks yang melihat satu tingkat tinggi kegiatan perasaan yang kuat atau disertai keadaan afektif. Menurut English and english emosi adalah suatu keadan perasaan yang kompleks yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris. Sedangkan Sarlito Wirawan sarwono berpendapat bahwa emosi merupakan setiap pada keadaan diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah(dangkal) maupun pada tingkat yang luas(mendalam).
Jadi emosi dapat diartikan sebagai perasaan atau afeksi yang melibatkan kombinasi antara gejolak fisiologis (seperti denyut jantung yang cepat) dan prilaku yang tampak.
Perkembangan emosi pada bayi biasanya cepat karna pada umumnya bayi belum dapat mengontrol atau memahai sesuatu yang akan terjadi pada tahap selanjutnya, beda halnya dengan orang dewasa perkembangan emosinya cendrung lambat, karna pada umumnya orang dewasa berusaha untuk mempertimbangkan suatu peristiwa yang dialaminya dari segi baik buruk atau untung ruginya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar