Senin, 04 April 2011

PENDEKATAN INDIVIDU DAN PENDEKATAN SOSIAL

PENDAHULUAN
Dalam ilmu biologi individu dianggap satu sel atom, dan kumpulan dari sel-sel itu merupakan struktur, merupaka suatu organisme. Maka dengan membahas tata kehidupan sel satu persatu ahirnya dapat di mengerti tata kehidupan organisme pada umumnya. Individu segabai titik tolak ditentukan atau dipengaruhi oleh dua macam yaitu faktor inter dan ekstern
Faktot intren meliputi faktor-faktor biolagis dan psikologis, sedangkan faktor eksteren meliputi faktor faktor lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Dalam pendekatan individu untuk mempelajari tingkah laku manusia menggunakan approac individual. Didalam approac individual menitik beratkan pada faktor-faktor biologis dan psikologis, yang mendiskripsikan tingkah laku seseorang. Kedua faktor itulah yang primair sedangkan faktor lingkungan sekitar fisik dan melieu sosial merupakan faktor skunder karna approac individual barpendapat bahwa individual yang primer sedangkan masyarakat adalah skunder.
Selain itu juga cara lain untuk membahas tingkah laku manusia dalam pendekatan sosial menggunakan approac sosial, approac kelompok, societal approach, group approach sosial ini adalah masyarakat berbagai lembaganya, kelompok dengan berbagai aktifitasnya.

A. PENDEKATAN INDIVIDU
Dalam ilmu biolagi individu itu dianggab satu sel satu atom, dan kumpulan dari sel-sel itu merupakan struktur merupakan satu organisasi ialah organisme. Transformasi pikiran ini didalam membahas tata kehidupan manusia demikian itu ada, artinya untuk dapat mengerti tata kehidupan masyarakat (kelompok) perlu dibahas tata kehidupan individu yang menjadi pembentuk masyarakat itu.
1. Faktor Biologis Pada Tingkah Laku Manusia
Perbedaan antara faktor biologis dan psikologis pada tingkah laku manusia adalah bahwa pada faktor biologis memandang manusia itu sebagai organisme yang murni dan sederhana, sedangkan pada faktor psikologis memandang manusia sebagai organisme yang intelegen, organisme yang mempunyai intelegensi. Yang menjadi problem besar pada biologi ialah usaha untuk menemukan elmen-elmen tingkah laku mana yang disebabkan oleh lingkungan sekitar. Ada satu pendapat bahwa ada kejahatan dan problem anak anakal adalah karna hereditas, karna keturuan biologis. Demikian juga kriminalitas ada yang diwariskan lombroso misalnya, dapat menentukan ciri-ciri yang karakteristik, bagi penjahat-penjahat tertentu. Inilah biologisme yang extrim, sedangkan yang kurang extrim mengatakan bahwa emosi yang khas adalah karna hereditas. Tetapi bagi orang-orang yang tidak sependapat dengan biologime yang extrim in mengatakan bahwa kejahatan delequeny itu disebabkan oleh milieu anti sosial.
Didalam masalah intelegensi juga terdapatlah pengaruh biologisme tersebut diatas, dimana mereka mengatakan bahwa orang-orang yang mempunyai intelegensi tingi mereka itu adalah berasal dari ras-ras tertentu. Extriminitas dari pendapat ini adalah adalah hanya orang-orang dari ras kulit putihlah yang dapat mempunyai intelegensi yang tingi. Asal mula paham biologis ini adalah dengan terbitnya buku Origin Of speceis karangan charles. Tetapi dengan penyelidikan-penyelidikan moderen membuktikan bahwa tinggi rendah intelegensi itu tidak bergantung dengan asal ras, tetapi bergantung oleh faktor-faktor melalui fisik dan kulturil pada masyarakat.
Bangsa kulit berwarna belum dapat maju karna tidak ada kesempatan dan kemerdekaan, karna adanya penjajahan oleh para penjaja masyarakat. Jajajhan dibuat sedemikian rupa sehingga rakyat tidak dapat naju berkembang. Misalnya di indonesia dahulu masa kolonialisme belanda, kesenpatan yang sama untuk menuntut pendidikan ternyatalah intelegensi bansa kulit berwarna tidak lah kalah dengan bangsa ras kulit putih. Tandanya faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan masyarakat ialah adanya kebebasan, fasilitas ekonomis, kemajuan kebudayaan, hubungan sosial yang luasa dan keagamaan. Sementara itu patut di perhatikan pula bahwa faktor protein zat putih telur) juga mempengaruhi perkembangan intelegensi, sebab jaringan otak dan syaraf-syarafnya sebagian besar adalah berasal dari protein. Dus, makin tersedia protein makin berkambanglah otak dan syaraf-syarafnya. Faktor-faktor biologis yang lain, yang tidak dapat disangkal pengaruhnya terdapat tingkah laku manusia ialah bekerjanya secara normal daripada hormon-hormon berbagai endoktrion atau kelenjar-kelenjar buntu didalam tubuh manusia. Misalnya pada anak-anak putri yang hormon-hormon genetalianya sudah mulai bekerja menimbulkan perubahan-perubahan jasmaniah, misalnya tumbuh dan berkembangya buah dada 9glandula mamae), maka sifat-sifat dan tingkah lakunya akan menjadi orang dewasa.
Demikian juga pada anak laki-laki. Kurang atau lebih bekerjanya daripada hormon-hormon endoktrinon pada tubuh manusia akan menyebabkan klamin-klamin atau abnormalitas tingkah lakunya, selain dari pada fisik yang abnormal pula. Misalnya apabila hormon genetalia terlalu awal bekerjanya mana menimbulkan puberitas, dewasa terlalu awal, misalnya anak putri masih muda usianya, buah dadanya sudah tumbuh besar anak laki-laki masih muda usianya sudah berkumis atau berambut pada genetalianya. Sekarang dengan teknologi medis moderen sudah dapat dibuat syntehese hormon-hormon tertentu, yang dengen injeksi hormon-hormon itu dapatlah mengubah tingkah laku manusia. Misalnya, injeksi adrenalin dengan dosis lebih, maka yang bersangkutan akan selalu menunjukan perbuatan-perbuatan marah. Kalau didalam tubuh orang laki-laki injeksikan hormon feminitas dengan dosis tertentu, maka timbullah perbuatan-perbuatan atau tingkah laku kewanitaan pada lalaki-lelaki. Demikian juga kalau sebaliknya pada perempuan injeksi hormon nsculina maka timbulalh tingkah laku kelelakian pada orang tadi. Ataupun pada zaman moderen aba ke-20 ini dengan teknologi operasi organ-organ tertentu pada seseorang dapat mengubah tingkah lakunya berlainan dari pada yang sewajarnya. Selain dari pada adanya pengaruh-pengaruh hormon endoktrinon terhadap tingkah laku manusia yang sifatnya natural dengan adanya cacat-cacat jasmania ataupun rohaniah juga menimbulkan tingkah laku yang berlainan dari pada yang seharusnya. Dengan demikian pada uraian yang sangat singkat ini jelas kiranya memang benar-benar ada pengaruh biologis terhadap tingkah laku manusia.

2. Faktor Psikologis Pada Tingkah Laku Manusia
Batas antara biologis dan psikologis tidak extrim, tajam dan tetap, karna dengan kemajuan-kemajuan dalam penelitian ilmiah maka dapatlah diketahui hubungan-hubungan dan perbedaan-perbedaan yang bisa diketemukan. Satu penyelidikan tentang karakteristik manusia jasmaniah tentulah harus mencakup fungsinya, dan sebaliknya study pada ungsi dan adaptabilitas proses mental tak mungkin lengkap tanpa menyelidiki karakteristik naturalnya. Dengan begitu jelaslah selalu ada hubungan timbal balik antara biologi dan psikologi, justru kedua-duanya complementair didalam mempelajari tingkah laku manusia.
Studi experimental tentang tingkah laku kanak-kanak yang dilakukan oleh Jhon B watson pada laboraturium psikologi pada Jhon Hopkins University dia menemukan tiga macam tingkah laku yang tidak dipelajari ialah takut, marah dan senag (fear, anger and leve). Dia menyimpulakn bahwa seabgian besar tingkah laku manusia adalah dipelajari dan hanya sebagian kecil saja yang inctencit, serta bahwa tingkah laku itu lebih banyak dikondisikan oleh responci terhadap suatu situasi dari pada berasal dari tingkah laku inheritas. Dengan buku Watson, Behaviorism yang terbit 1925 mulailah menyinggung kabut-kabut yang menyeliputi teori instenct. Penyelidikan lainya tentang tingkah laku kanak kanak dilakukan oleh Arnoldgessel dan teman-temanya pada klinik. Perkembangan kanak-kanak (Clinic of child Divelopment) yang didirikan pada yale university tahun 1911. Pertama kali Gessel tertarik pada anak-anak yang terbelakang baru kemudian pada tahun 1919 ia studi pada anak-anak, maka pada laboratorium memakai tekhnik ane-Way visten screen, yaitu penyelidikan dapat melihat anak-anak, dengan dilengkapi film serta pita rekaman agar supaya dapat memperoleh data yang analisa yang cukup baik. Sebagai hasilnya ia melaporkan antara lain sebagai berikut, bahwa kanak-kanak adalah individu-individu yang berbuat, yang hidup dan kepribadian anak-anak adalah hasil pertumbuhan yang lambat dan graduil, bertingkat-tingkat. Demikian misalnya pertumbuhan syistem nervorumnya setapak demi setapak dan dengan sendirinya, sehingga pertumbuhan mentalnya seperti juga pertumbuhan jasmaniahnya, merupakan suatu modilling procces, suatu proses memberi model dengan bentuk tertentu, atau dengan kata lain pertumbuahan mental itu adalah suatu petterning procces, sustu proses memberi pola, suatu proces pernolaan. Sebab the mend pikiran, secara esensial adalah sumasi dari pada pertumbuhan yang multitude dari pada pola-pola tingkah laku. Dus, esensi dari pendapat gessel tersebut diatas ialah bahwa pola-pola tingkah laku itu pada kanak-kanak sampai dewasa, adalah tumbuh dan berkembang, artinya terjadi proses perubahan tingkah laku. Seiring dengan kedewasan fisiknya. Dus tingkah laku instectip pada kanak-kanak dengan dewasanya anak-anak akan hilang lah menetek itu diganti dengan minum kopi susu misalnya dengan gelas.
Sehubungan dengan faktor-faktor psikologi pada tingkah laku manusia, patut pula dikkemukakan salah satu teori kepribadian yang juga pada dasarya mempunyai masalah yang sama, ialah tingkah laku itu tadi. C.G Yung, membagi tipe kepribadian manusia atas dua golongan besar ialah tipe introvert dan tipe kpribadian, ini mempunyai pola-pola tingkah laku sendiri-sendiri. Misalnya orang tipe introvert sifatnya pendiam, rasional, lambat bertindak, dan sebagainya. Kedua sifat-sifat ini terdapat didalam tingkah laku manusia, artinya dalam masyarakat kita jumpa kedua jenis tipe kepribadian itu. Demikian juga di sekolah kita jumpa anak anak yang bertipe kepribadian extravert. Kita juga mengakui adanya faktor-faktor herebitair, misalnya pembawan, bakat dan sebagainya, yang harus kita akui sebagai kekuatan potensial, kekuatan yang telatent, kekuatan-keutan potensial mana baru dapat diaktualkan, baru dapat di manipestasikan kalau faktor-faktor melieu, faktor-faktor lingkungan sekitar mengijinkan, memberi kesempatan dan fasilitas yang mencukipi adanya.
Ahirnya dapat kita simpulkan, bahwa approach individual belumlah lengkap untuk menerangkan semua gejala tingkah laku manusia, mengingat bahwa individu-individu adalah hidup dengan dan dalam masyaraka. Dus faktor masyarakat itu pun harus diakui ranaya sebagai pembentuk tingjkah laku warga masyarakatnya.

B. PENDEKATAN SOSIAL
Cara lain untuk membahas tingkah laku manusia ialah dengan mempergunakan approach sosial. Approach kelompok, tal approach, group approach, titik pangkal daripada approachsosial ini ialah masyarakat dengan berbagai lembaganya, kelompok-kelompok dengan berbagai aktivitasnya. Secara kongkret approach sosial ini membahas aspek-aspek atau komponen daripada kebudayaan manusia, misalnya keluarga, tradisi-tradisi, adat-istiadatnya, moralitasnya,norma-norma sosialnya, dan sebagainya. Jadi segala sesuatu yang dianggap produk bersama, milik bersama ialah milik masyarakat. Jelas disini yang menjadi gelar primair gejala secundair saja. Tingkah laku individu dapat dipahami dengan memahami pada tingkah laku masyarakatnya. Individu mulai lahir sampai mati dibesarkan dan dikembangkan oleh masyarakatnya. Misalnya, pada waktu lahir dengan pertolongan bidan atau bayi, cara merawat bayi atau ibunya, upacara-upacara yang dilakukan untuk si bayi, apabila anak sudah mulai dapat bicara diajarkan tatakrama keluarga dan masyarakat, misalnya bagaimana memanggilibu dan ayah, bagaimana cara makan dan minum, bagaimana cara berpakain, agama apa yang dianut, dan sebagainya semuanya menjelaskan bahwa generasi muda( e.g. anak-anak tadi ) harus bertingkah laku sesuai dengan pola tingkah laku yang dikehendaki oleh masyarakat, atau dengan perkataan lain dikondisikan oleh kebudayaan masyarakat. Jadi mengapa Si Sri nugraha tidak boleh bergaul bebas atau bebas bergaul antara pemuda dan pemudi, si tono setiap hari senin membuat sesaji, dan sebagainya. Jadi kalau masyarakat mengizikan perkawinan poligami,maka individi-individunya juga berpoligami.lebih luas ialah karena indinesia mengembangkan filsafah hidup pancasila, maka seluruh warga negaranya harus mengembang paham pancasila. kalau pemerintah menganut demokrasi pancasila maka seluruh warga negaranya mengerti dan mengamalkan demokrasi pancasila. jikalau ada warga negara indonesia tidak mau mengamalkan pancasila, demokrasi pancasila, negara akan menindak kepada mereka, oleh karena mereka dianggap menyeleweng dari pola tingkah laku yang harus dikembangkan oleh masyarakat. Demikian juga impilkasi dibidang pendidikan, guru-guru harus mendidik anak-anaknya kearah pola tingkah laku masyarakat dan negara.
Comte percaya bahwa sosiologi adalah pengetahuan yang fundamental,adalah suatu metode penyelidikan yang eksak dan mempunyai data yang besar dalam membahas kehidupan manusia dalam masyarakat. Ia menyusun hirakhi pengetahuan dari yang kimia paling eksak adalah sebagai berikut: matematik, astronomi, phisika, kimia, biologi termasuk psikolog, dan kemudian sosiologi. Penyusuna hierarchi demikian itu didasarkan dari yang sederhana sampai pada yang kompleks, dan oleh karena gejala sosial adalah gejala yang paling kompleks dan paling sukar untuk melukiskannya secara kekuatan positif, maka sosiologi ditempatkan yang terakhir.
Extrimitas dari approach sosial ini dapat kita anggap sebagai sosiologisme, dimana tingkah laku individu-individunya secara mutlak ditentukan oleh masyarakat oleh kebudayaan masyarakat, dimana individualitas tenggelam didalam sosialitas manusia. Tingkah laku yang demikian ini didapati semua masyarakat sungguh-sungguh homogin yang kua tradisinya dan tata caranya. Individu-individu yang menyimpang dari pola tingkah laku masyarakat dianggap sebagai individu-individu yang abnormal, dan pasti dikeluarkan dari masyarakat. kalau kita perhatikan benar-benar prinsip dari approach ini tak seorang pun menyangkal kebenaranya, tetapi secara absolut, secara extrim, approach sosial tentulah tergelincir kelembah kelemahan-kelemahan nya, sebab betapa homoginnya suatu masyarakat, betapa kuatnya tata cara disitu masih juga kita dapati individualitas jadi anggota masyarakat, artinya ciri-ciri tingkah laku manusia perseorangan masih dpat dilihat juga.
Jadi pendekatan sosial ini titk berat pada masyarakat dan pengaruh geografi, jadi tingkah laku manusia itu ditentukan semata-mata oleh fakor phisik dan kultular. Dalam membahas soal ini yang kita perbincangkan ialah interaksi sosial individu manusia, bukan interaksi sosail hewan. Jadi dengan demikian, maka bertitik pengkal kepada kepada berbagai individu yang berinteraksi, dengan demikian interaksi sosial itu akan menunjukkan segi kesosialannya mahluk manusia. Sudah barabg tentu dalam hal ini manusia selalu mengadakan penyesuain diridengan lingkungan.

KESIMPULAN
Perbedaan antara faktor biologis dan psikologis pada tingkah laku manusia adalah bahwa pada faktor biologis memandang manusia itu sebagai organisme yang murni dan sederhana, sedangkan pada faktor psikologis memandang manusia sebagai organisme yang intelegen, organisme yang mempunyai intelegensi
Didalam masalah intelegensi juga terdapatlah pengaruh biologisme tersebut diatas, dimana mereka mengatakan bahwa orang-orang yang mempunyai intelegensi tingi mereka itu adalah berasal dari ras-ras tertentu. Extriminitas dari pendapat ini adalah adalah hanya orang-orang dari ras kulit putihlah yang dapat mempunyai intelegensi yang tingi. Asal mula paham biologis ini adalah dengan terbitnya buku Origin Of speceis karangan charles. Tetapi dengan penyelidikan-penyelidikan moderen membuktikan bahwa tinggi rendah intelegensi itu tidak bergantung dengan asal ras, tetapi bergantung oleh faktor-faktor melalui fisik dan kulturil pada masyarakat.
selanjutnya pendekatan sosial ini titk berat pada masyarakat dan pengaruh geografi, jadi tingkah laku manusia itu ditentukan semata-mata oleh fakor phisik dan kultular. Dalam membahas soal ini yang kita perbincangkan ialah interaksi sosial individu manusia, bukan interaksi sosail hewan. Jadi dengan demikian, maka bertitik pengkal kepada kepada berbagai individu yang berinteraksi, dengan demikian interaksi sosial itu akan menunjukkan segi kesosialannya mahluk manusia. Sudah barabg tentu dalam hal ini manusia selalu mengadakan penyesuain diridengan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA
Drs H. Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, Jakarta Renita Cipta: 2004
Anrnol W. Gessel Infan and Chil the Culture Of to Day, Harper and Brother, New York, 1943. P. 11

Jolan jacobi, The Psicilogy of Yung, trauslated by, K. Bash, yale University Press, New York, 1943

Tidak ada komentar:

Posting Komentar